Jakarta, Humas Media – Seandainya Presiden Prabowo Subianto jeli membaca keadaan, seharusnya tidak perlu sampai berkata “ada gejala yang mengarah makar dan terorisme” di balik aksi demo yang terjadi hari-hari belakangan ini. Pernyataan gejala makar ini terlontar dalam keterangan resmi Presiden Prabowo Subianto. Mengapa demikian?
Pertama, seorang presiden didukung sumber daya intelijen yang mumpuni yaitu Polri, TNI, dan BIN. Tiga lembaga itu yang selama ini memasok informasi dari lapangan. Karena itu sudah sepatutnya mereka satu komando dengan presiden.
Kalau itu tidak berjalan dengan baik jangan-jangan ini membenarkan sinyalemen adanya dua kubu yang sedang bertarung. Di permukaan terlihat tenang tapi di bawah sebenarnya terjadi gesekan yang sangat kuat.
Kedua, label makar dan terorisme seakan meng-kriminalisasi protes rakyat yang terjadi di seluruh daerah. Padahal, kemarahan rakyat itu nyata terlepas dari isu adanya kerusuhan yang di-setting. Rakyat marah terutama karena tekanan ekonomi yang mendera selama berbulan-bulan dan kesalahan ucap anggota DPR.
Baca Juga:
4 Aksi Demo Ojol Berujung Ricuh, Peristiwa Terakhir Paling Tragis
Pesan Mendalam Menag untuk Pendemo dan Tokoh Agama
Nah, apakah label makar dan terorisme dimaksudkan sebagai jalan pembuka bagi militer mengambil alih tugas polisi? Tidak ada yang tahu isi hati presiden.
Penulis: Reza Yunanto, Peneliti INCLAST (Institute for Civil and Law Studies)