Jakarta, Humas Media – Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Tholabi Kharlie menyoroti program prioritas Asta Protas periode 2024-2029. Peluncuran delapan program Kementerian Agama ini sebagai blue print baru politik keagamaan Indonesia yang dirancang untuk merawat kerukunan, memberdayakan umat, dan memperkuat tata kelola keagamaan secara modern.
Ahmad Tholabi Kharlie menyebut Asta Protas sebagai ekosistem kebijakan strategis yang mengandung tiga dimensi utama. Ketiganya adalah rekonsiliasi sosial-spiritual, pemberdayaan akar rumput, dan modernisasi birokrasi keagamaan.
“Program ini menjadi ujian sesungguhnya bagi negara dalam mengelola keragaman agama sebagai kekuatan pemersatu, bukan sebagai sumber perpecahan,” ujar Tholabi yang juga menjabat Wakil Rektor bidang Akademik UIN Jakarta, dalam perbincangan di kampusnya, pekan lalu.
Rekonsiliasi sosial dan spiritual menjadi pilar pertama dalam Asta Protas. Guru Besar UIN ini menjabarkan dua fokus utamanya adalah penguatan kerukunan dan cinta kemanusiaan, serta pengarusutamaan ekoteologi.
Baca Juga: Khotib Idul Adha di Islamic Center, Spirit Kurban dan Motto Kota Tangerang Selatan
Menurut Tholabi, dua pilar ini menjadi jawaban atas dua krisis utama, yakni polarisasi sosial akibat politik identitas dan krisis ekologis yang makin akut.
“Agama sejati tidak boleh menjadi alat pemecah belah. Pemikiran Imam al-Ghazali yang menekankan peran agama sebagai sumber kedamaian dan kasih sayang, menjadi sangat relevan,” paparnya.