Pendekatan Ekoteologi
Ia juga menekankan pentingnya ekoteologi sebagai pendekatan baru dalam pendidikan keagamaan, yang tidak hanya memadukan sains dan iman. Akan tetapi juga merespons krisis iklim sebagai tanggung jawab moral umat beragama.
Pada dimensi pemberdayaan akar rumput, Tholabi menyoroti pentingnya sistem pendidikan yang unggul, ramah, dan terintegrasi. Ia menggarisbawahi peran pesantren dalam sejarah pendidikan bangsa, serta urgensi pemberdayaan ekonomi umat melalui instrumen zakat, infak, dan wakaf.
“Sekolah dan madrasah harus menjadi ruang aman, bukan ladang kekerasan. Pendidikan yang ramah adalah laboratorium pembentukan karakter yang inklusif,” katanya.
Dalam konteks pemberdayaan ekonomi umat, ia menekankan agar spiritualitas tidak dipisahkan dari agenda kesejahteraan. “Optimalisasi zakat dan wakaf adalah jembatan antara nilai-nilai agama dan keadilan ekonomi,” ucapnya.
Dimensi ketiga dari Asta Protas adalah modernisasi tata kelola. Tiga pilar di dalamnya meliputi sukses penyelenggaraan haji, layanan keagamaan yang berdampak, serta digitalisasi birokrasi.
“Pengelolaan haji menyangkut reputasi Indonesia sebagai negara Muslim terbesar. Gagal dalam haji berarti mempermalukan bangsa di hadapan dunia Islam,” ujar Tholabi.
Ia juga mengingatkan pentingnya membangun sistem layanan keagamaan berbasis kebutuhan masyarakat dan data digital, agar lebih responsif dan akuntabel.