HumasMedia
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi
  • Regional
    • Banten
    • Depok
    • Bekasi
    • Bogor
    • Tangerang Raya
    • Tangsel
  • Hiburan
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Nasional
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • biodata dan profil
  • Olahraga
  • drama korea
Friday, Oct 31, 2025
HumasMediaHumasMedia
Font ResizerAa
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi
  • Regional
  • Hiburan
  • Olahraga
  • Otomotif
Search
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi
  • Regional
    • Banten
    • Depok
    • Bekasi
    • Bogor
    • Tangerang Raya
    • Tangsel
  • Hiburan
  • Olahraga
  • Otomotif
Follow US
HumasMedia > Ruang Kosong > Puisi > Jejak Waktu
PuisiRuang Kosong

Jejak Waktu

HMedia
Last updated: January 11, 2025 12:00 am
HMedia
ByHMedia
Follow:
Share
SHARE

Di antara detik yang berdetak,
Kulihat bayang masa silam merayap,
Setiap langkah menyimpan cerita,
Setiap nafas mengukir makna.

Dalam riuh kehidupan kota,
Ada tangis, ada tawa bersama,
Kadang kita jatuh tersungkur,
Tapi selalu ada tangan yang mengulur.

Waktu tak pernah menunggu,
Seperti ombak yang terus berderu,
Membawa pergi yang telah berlalu,
Menyisakan kenangan dalam kalbu.

Maka berjalanlah dengan pasti,
Biar waktu menjadi saksi,
Bahwa hidup ini tak selalu tentang menang,
Tapi tentang bagaimana kita bangkit dan menang.


Cerita di Balik Puisi:

Puisi “Jejak Waktu” ini lahir dari pengalaman pribadi seorang penulis bernama Pak Ahmad, seorang guru tua yang telah mengajar selama 35 tahun di sebuah sekolah pinggiran kota. Suatu hari, saat membereskan ruang kerjanya untuk persiapan pensiun, dia menemukan sebuah album foto lama.

Di dalam album itu, tersimpan foto-foto murid-muridnya dari berbagai generasi. Ada yang kini sudah menjadi dokter, insinyur, bahkan ada yang telah menjadi walikota. Tapi ada juga foto-foto mereka yang telah pergi terlalu cepat, meninggalkan dunia di usia muda.

Setiap foto membawa ceritanya sendiri. Ada kisah tentang murid yang dulunya nakal tapi kini menjadi pengusaha sukses yang dermawan. Ada cerita tentang anak yatim piatu yang berjuang keras hingga bisa kuliah dengan beasiswa. Semua kenangan itu mengalir dalam benaknya.

Pak Ahmad teringat bagaimana dia pernah hampir menyerah di tahun-tahun awal mengajar karena kesulitan ekonomi. Namun, cinta dan dukungan dari murid-muridnya selalu memberinya kekuatan untuk bertahan. Mereka sering membawakan makanan dari rumah, atau sekadar memberikan kartu ucapan sederhana yang hingga kini masih dia simpan.

Malam itu, dengan mata berkaca-kaca, dia menuliskan puisi ini. Setiap baitnya mewakili perjalanan hidupnya sebagai tenaga pendidik – tentang bagaimana waktu mengubah segala sesuatu, tentang jatuh bangun dalam menjalani hidup, dan tentang makna sejati dari sebuah perjalanan.

Bait pertama berbicara tentang refleksi dan introspeksi. Bait kedua menggambarkan dinamika kehidupan dengan segala suka dukanya. Bait ketiga adalah pengakuan akan sifat waktu yang terus berjalan. Dan bait terakhir adalah kesimpulan dari semua pembelajaran hidup yang dia dapatkan.

Puisi ini kemudian dia bacakan pada acara reubi sekolah sekaligus perpisahannya di sekolah. Banyak mantan murid yang hadir saat itu menangis terharu, karena mereka bisa merasakan ketulusan dan kedalaman makna dari setiap kata yang tertulis. Puisi ini menjadi pengingat bahwa hidup bukan sekadar tentang mencapai tujuan, tapi tentang makna yang kita tinggalkan di setiap langkah perjalanan.

TAGGED:Jejak WaktuPuisi
Share This Article
Facebook Copy Link Print
Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Recent Posts

  • Modal Rp 100 Juta untuk Koperasi Desa, Moch Maesyal Rasyid Ingatkan Transparansi
  • Guru Honorer Madrasah Swasta Tuntut Kebijakan PPPK di Monas
  • Makan Sepuasnya di Sushi Republic, Restoran AYCE Unik Pertama di Bandung
  • Belkote Sajikan Kolaborasi Teknik Tradisional dan Modern di IMX 2025 Semarang
  • 70 Tahun KAA, Fadli Zon Sebut Prangko Medium Diplomasi Budaya

Recent Comments

  1. Makan Sepuasnya di Sushi Republic, Restoran AYCE Unik Pertama di Bandung – HumasMedia on Teuku Riefky Harsya: Film Lokal Dominasi Bioskop di Momen Lebaran 2025
  2. Mulyati on Bengkel Umroh, Celengan Kabah dan Segudang Cara Menuju ke Mekah
  3. Ketua MPR Jadi Anggota Kehormatan PWI, Ahmad Muzani: Saya Bisa karena Ilmu Wartawan – HumasMedia on Summit Nasional Media, Dahlan Iskan Ungkap Doktrin Wartawan Sekarang Berubah
  4. Ketua MPR Jadi Anggota Kehormatan PWI, Ahmad Muzani: Saya Bisa karena Ilmu Wartawan – HumasMedia on Menteri Budaya Fadli Zon Beri Penghargaan pada Juara Lomba Puisi HPN 2025 Banjarmasin
  5. Ketua MPR Jadi Anggota Kehormatan PWI, Ahmad Muzani: Saya Bisa karena Ilmu Wartawan – HumasMedia on HPN 2025 Banjarmasin, Pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro Berbagi Pengalaman di Kampus ULM

You Might Also Like

Senja di Halte Bus

4 Min Read

3 Puisi Menyayat Hati Sang Pujangga: Ketika Kata-Kata Memeluk Luka

2 Min Read

Kumpulan Puisi Joko Pinurbo yang Paling Populer dan Terkenal

4 Min Read

Penganiayaan Anak AKBP Achiruddin Hasibuan dan Relasi antara Flexing dan Kekerasan

5 Min Read
HumasMedia

Social Networks

Facebook-f Twitter Instagram Tiktok

Media Grup

HumasMedia
HumasMedia

@2025 – Humas Media Com – Inspirasi Menembus Dunia – All Right Reserved.