Bangun Budaya Penuh Cinta
Ia juga menjelaskan instruksi di kelas yang bersifat kognitif tidak akan menghasilkan cinta. Hal itu hanya akan menghasilkan ilmu tentang cinta. Budaya yang penuh cinta di lingkungan belajar perlu dibangun.
”Kalau kita ingin mengajarkan cinta, caranya dengan mengembangkan budaya sekolah yang penuh cinta, anti-bullying, kecintaan kepada anak-anak special needs, hubungan di antara guru dan siswa, hubungan di antara karyawan dan siswa, kemudian community reach,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Sri Widuri menyampaikan apresiasinya terhadap KBC yang sangat relevan untuk menguatkan pendidikan karakter yang selama ini belum menjadi prioritas utama. INOVASI memandang KBC cukup revolusioner dan paling fundamental.
”Kami bersyukur sekali bahwa Pak Menteri menggagas KBC sebagai salah satu upaya menguatkan values-based education yang akhirnya insyaallah nantinya dapat terwujud pola pikir dan perilaku anak-anak kita yang sesuai dengan yang dimandatkan dalam Pancasila,” jelasnya.
Ia menambahkan, implementasi KBC juga perlu melibatkan semua aktor pendidikan termasuk orang tua sehingga keselarasan berpikir dan berperilaku dapat tercipta. ”Membangun karakter berbasis Pancasila di sekolah tetapi di rumahnya berbeda, akan timbul kebingungan dari anak-anak,” katanya.
Sarasehan Nasional Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) ini menjadi momentum penting untuk mendorong revolusi pendidikan di Indonesia yang tidak hanya berbasis pengajaran kognitif, tapi juga harus mengungkit nilai-nilai afektif.