Dari Luka Sejarah Menuju Kesadaran Kritis
Wacana untuk memberikan gelar pahlawan untuk Soeharto bukan hanya pengkhianatan terhadap semangat reformasi. Tetapi juga bentuk amnesia sejarah yang sangat berbahaya. Dari sini kita tidak sedang membicarakan tentang nostalgia pembangunan, tetapi tentang legitimasi moral.
Mengangkat tokoh otoriter sebagai pahlawan adalah sebuah bentuk dari penormalisasian kekerasan negara. Dan juga delegitimasi perjuangan rakyat yang mengorbankan nyawa untuk kebebasan. Lebih-lebih termasuk pengingkaran terhadap mahasiswa yang ditembak, aktivis yang hilang, dan masyarakat sipil yang dibungkam.
Dari gambaran tersebut harusnya dapat membuka mata kita bahwa demokrasi di Indonesia masih rapuh. Ketika simbol-simbol Orde Baru kembali diangkat, apa yang sedang kita wariskan kepada generasi berikutnya?
Menutup mata atas dosa kekuasaan masa lalu hanya akan menjadikan demokrasi kita dangkal dan tanpa akar. Mimpi tentang kepahlawanan sejati hanya bisa tumbuh jika kita jujur pada luka sejarah dan menolak menjadikannya mitos demi kepentingan politik sesaat.
Penulis Opini: Nafi’atul Ummah/Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU)