Empat Pilar Spiritual Kurban
Dalam struktur yang rapi, Wakil Rektor UIN Jakarta, menguraikan empat pilar spiritual kurban, yakni: pertama, ikhlas, sebagai dasar segala amal. Memberi tanpa pamrih, bukan untuk pujian, tetapi karena Allah.
Kedua, taat, sebagaimana Ibrahim dan Ismail tunduk mutlak pada perintah Tuhan. Ketiga, peduli, karena kurban sejatinya adalah mekanisme sosial untuk mendekatkan yang berpunya kepada yang papa.
Keempat, rela berkorban, sebab tak ada kebaikan tanpa pengorbanan. “Tanpa keikhlasan, amal menjadi kering. Tanpa ketaatan, cinta menjadi semu. Dan tanpa kepedulian, masyarakat menjadi sunyi,” ujarnya tegas.
Bagian paling reflektif dari khotbah itu saat Prof. Tholabi menyandingkan semangat kurban dengan moto daerah Kota Tangerang Selatan, yakni: cerdas, modern, dan religius.
“Cerdas bukan sekadar gelar atau IPK. Modern bukan hanya soal teknologi. Dan religius bukan tampilan luar,” katanya.
Ia menekankan bahwa warga yang ikhlas dalam belajar, guru yang mengajar dengan niat ibadah, ASN yang melayani tanpa pamrih, dan pengusaha yang berbagi, semuanya bagian dari proyek besar menciptakan Tangsel sebagai kota bernurani.
Prof. Tholabi bahkan menyentuh isu kekinian, yakni kecerdasan buatan (AI). Ia mengakui manfaat teknologi, tetapi juga memperingatkan bahayanya jika tidak dibimbing nilai.
“Teknologi tanpa nilai hanya akan mempercepat kerusakan. AI bukan ancaman jika dipandu oleh keikhlasan, ketaatan, dan kepedulian,” katanya sambil menekankan perlunya kecerdasan spiritual dan sosial sebagai pelengkap kecanggihan digital.
Bagian penutup, Prof. Tholabi mengajak semua lapisan, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga pemerintahan, untuk mengaktualisasikan nilai-nilai kurban di rumah.
Orang tua mendidik dengan ikhlas; di kantor, pejabat bekerja dengan taat dan peduli; di masyarakat, warga berbagi dan membantu; dan di pemerintahan, pemimpin rela mengorbankan kepentingan pribadi demi rakyat.
“Jika semua warga Tangsel menanamkan nilai kurban, maka kita tidak hanya akan memiliki kota yang cerdas secara teknologi, tetapi juga luhur secara akhlak,” ucapnya di penghujung khotbah.